Pembelajaran Sosial Emosional adalah proses belajar seumur hidup untuk lebih memahami diri kita sendiri, terhubung dengan orang lain, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan dan mendukung komunitas. Pembelajaran sosial dan emosional akan lebih berhasil bila dilaksanakan secara kolaboratif oleh semua pemangku kepentingan sekolah.
Tujuan Pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional (KSE) adalah:
- Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi.
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif.
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain.
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif.
- Membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Ruang Lingkup Pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional (KSE) antara lain:
- Rutin artinya diluar waktu belajar akademik, misalnya : kegiatan ekstrakurikuler, perayaan hari besar, pelatihan dsb.
- Terintegrasi dalam pembelajaran artinya membuat diskusi kasus atau kerja kelompok dalam sebuah topik mata pelajaran.
- Protokol/ Budaya Sekolah artinya aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi pada kejadian tertentu.
Dampak dari keberhasilan dalam penerapan KSE (Kompetensi Sosial Emosional) tersebut tidak hanya pada kesuksesan diri seseorang dalam akademik yang lebih baik namun juga memberikan fondasi yang kuat bagi seseorang untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik. Pembelajaran sosial emosional dapat dilatih dan ditumbuhkan di luar pembelajaran, terintegrasi dalam pembelajaran, menjadi budaya atau tata tertib sekolah dengan berbagai kompetensi dan teknik, sehingga dapat menciptakan Well Being Ekosistem Pendidikan yang nyaman dan sehat.
Keterkaitan materi pembelajaran sosial emosional dengan modul sebelumnya
Melalui pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional (KSE), salah satu peran guru sebagai pendidik adalah menciptakan Ekosistem Pendidikan di sekolah sehingga kondisi menjadi aman, nyaman dan menyenangkan bagi murid. Hal ini sejalan dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara bahwa sekolah merupakan taman bagi murid, taman untuk mengembangkan bakat dan minat murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.
Seorang guru penggerak yang memiliki nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid harus menggunakan segala kekuatan dan potensi yang ada untuk membangun budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dikembangkan hendaknya dapat mendorong pemenuhan kebutuhan belajar murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Seorang guru harus mampu menggunakan segala daya dan potensi yang yang dimiliki untuk mengembangkan budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dapat dilakukan di sekolah untuk menerapkan latihan Berkesadaran Penuh (mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi Kesadaran Diri (Self Awareness) adalah dengan mengenali emosi. Hal ini dapat membantu guru dan murid merespon terhadap kondisinya sendiri.
Jika pembelajaran Kompetensi Sosial Emosional (KSE) dengan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi budaya positif di sekolah maka pembelajaran berdiferensiasi lebih mudah diterapkan. Hal ini tentunya akan membahagiakan murid karena pembelajaran yang disajikan sesuai dengan kebutuhan belajar, baik melalui pendekatan kesiapan belajar, minat, dan profil murid.
Pendekatan kesadaran penuh (mindfulness) menggunakan teknik STOP dapat dijadikan sebagai metode yang dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang baik. Murid yang memiliki Well Being yang optimal memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi, kesehatan fisik, dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam menghadapi stres dan terlibat aktif dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab. Dengan demikian, pembelajaran diferensiasi melalui pembelajaran Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dapat membentuk murid yang memiliki profil pelajar Pancasila.
Keren ...lanjutkan karyanya pak
ReplyDelete