Hidup bukanlah sekedar pergantian hari-hari semata
Dalam umur yang berkurang, ajal semakin dekat
Tiap detik yang dilalui aka nada pertanggungjawabannya
Umurmu adalah cermin dirimu, tiap waktu yang terlewati adalh pesan bisu dari catatan-catatan sebuah kesalahan untuk dimengerti dan direnungi
Untuk kesekian kalinya, kembali kita menghadapi siklus pergantian waktu. Tahun 2010 baru saja kita tinggalkan, dan 2011 telah datang. Dua atau tiga bulan sebelum memasuki 2011 negeri ini dibuat menangis. Musibah berdatangan. Bencana tak kunjung berhenti, mulai dari bencana alam banjir, tsunami, letusan merapi, penyiksaan buruh migran (TKI), serta sejumlah kasus hukum yang tak kunjung tuntas dikuak.
Setiap pergantian tahun biasanya diiringi oleh harapan, angan-angan atau mimpi. Mimpi kehidupan menjadi lebih baik. Meski “kehidupan lebih baik” berbeda tafsirnya dari satu ke orang lain, tetapi semua bersepakat, tahun baru melebihi dari sekedar pergantian tahun. Yang membuat pergantian tahun baru itu menarik adalah ada kata "baru". Sesiapa pun menggandrungi hal ini. Anak kecil, orang dewasa, kakek atau nenek jompo, hingga orang gila. Bila diberi sesuatu yang baru semuanya senang. Begitulah hakekat dasar manusia. Bila disuruh memilih hal yang lama dan yang baru pasti langsung memilih yang baru. Namun, terkadang kita kabur mensubstansiasikan "arti baru". Karena tahun baru itu semua orang bersuka cita. Turun ke jalan, karnaval, dan membuat komitmen akan perubahan di tahun yang baru dengan cara yang beraneka ragam dan aneh-aneh. Mulai dari muhasabah (evaluasi diri) hingga ekspresi kesenangan dengan pesta dan mabuk-mabukan. Yang menarik adalah jika semua orang menafsirkan arti baru itu serupa dengan perubahan. Bahwa perubahan waktu bukanlah pergantian waktu secara material. Tapi, pergantian waktu sebenarnya berporos pada aspek dalam diri manusia. Yang terjadi selama ini, waktu cenderung dijadikan sebagai objek yang disukuri. Padahal, waktu cumalah tanda (sign). Rasa sukur mestinya ditujukan pada realitas puncak dari waktu atau yang menciptakan waktu. Akibat persepsi yang keliru inilah terkadang kesukuran terhadap waktu atau semisal "tahun baru" diisi dengan perilaku yang hedon dan terkadang berlebihan.
Tahun baru akan lebih bermakna dan mempunyai essensi yang tinggi jika mulai menengok ke belakang, satu tahun telah berlalu dan memandang ke depan satu tahun tengah menjelang. Yang telah terjadi pada 2010 tidak lagi bisa diubah dan yang akan terjadi pada 2011 belum dapat diketahui. Yang dapat dilakukan adalah berharap agar di tahun yang baru ini kehidupan seluruh negeri menjadi jauh lebih baik. Untuk mewujudkan hal itu, semata berharap jelas tidak cukup. Ia harus didukung dengan rencana lebih baik, kinerja lebih produktif, suasana dan iklim lebih kondusif, komitmen lebih kuat, dan pengambilan keputusan lebih cepat, tegas, dan tepat serta jujur.
Semoga di Tahun yang Baru ini kita mempunyai prioritas dalam kehidupan untuk mewujudkan yang terbaik meraih Ridho-Nya….tetap semangat di jalan-Nya. FASTABIQUL KHOIROT
No comments:
Post a Comment