KURIKULUM 2013, PERLUKAH??

Kurikulum baru yang akan diluncurkan pada tahun 2013 ini menuai banyak tanggapan oleh kalangan masyarakat, utamanya praktisi pendidikan yang ada di negeri ini. Ada yang mengapresiasi positif , tapi tidak sedikit juga yang menolak dan menganggap perubahan kurikulum pada tahun 2013 tidak perlu dan tidak efektif. Banyak hal yang menjadi faktor pemerintah dalam hal ini kemdikbud merubah kurikulum sekarang yang ada dengan kurikulum 2013 yang bertema menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Beberapa hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah (a) Perubahan proses pembelajaran [dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu] dan proses penilaian [dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output] memerlukan penambahan jam pelajaran; (b) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran [KIPP dan MELT di AS, Korea Selatan]; (c) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat, dan (d) Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial. Empat faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter. Jika dianalisa dari faktor-faktor tersebut, sebenarnya hal seperti itu juga yang mendasi dasar dan titik tolak perubahan kurikulum 2004 menjadi KBK, KTSP, sampai dengan adanya kurikulum berbasis karakter. Mungkin hanya sebatas pelaksanaan dan pemberkasan saja yang membedakan. Semenjak adanya kurikulum KBK cara pengajaran sudah dititik beratkan kepada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator yang nantinya siswa sendiri yang mengembangkan, bahkan baru saja pemerintah mengintrusikan kepada seluruh instansi pendidikan untuk mengutamakan pedidikan berbasis karakter. Tapi pada kenyataannya sangat sulit untuk melaksanakannya. Konsep yang dibuat sangat sempurna untuk kebaikan anak bangsa ternyata menjadi senjata ampuh untuk mematikan sistem pendidikan itu sendiri. Bagaimana tidak, dengan berubahnya sistem, walaupun tujuan dan arahnya memacu pada hal yang sama akan membingungkan tenaga pendidik (guru), perlu pemahaman lebih lanjut dan strategi lain dalam penyampaian materi dan sebagainya, di sisi lain pemerintah juga selalu setengah-setengah dalam berjalan (menetukan kebijakan). Tidakkah terpikir bahwa kebijakan seperti ini justru akan membunuh sekolah-sekolah di daerah? Yang notabene jumlah guru yang kompeten sangat terbatas. Satu hal lagi yang selama ini tidak penah menjadi sorotan penting pemerintah, terkait buku pegangan siswa yang ada. Banyak sekali buku-buku yang beredar di pasaran tidak sesuai dengan prinsip dan tujuan pemelajaran yang ada. Bahkan tidak sedikit penerbit mengeluarkan buku sesuai dengan karakter mereka masing-masing karena tidak ada buku patokan dari pemerintah yang memberikan contoh tematik, kontrekstual dan kreatif. Dari beberapa analisis tersebut yang sebenarnya masih banyak hal lain yang dirasa perlu pertimbangan lebih bagi pemerintah untuk mengubah kurikulum, karena sejatinya konsep kurikulum yang ada sekarang sudah sangat baik, tinggal bagaimana memenuhi elemen pendukung agar kurikulum yang ada bisa berjalan sesuai dengan konsep yang direncanakan. Walaupun kurikukulum dirubah tiap tahun tapi elemen pendukung dalam pelaksanaan kurikulum tersebut tidak diperhatikan, maka perubahan itu akan sia-sia dan terkesan hanya pelaksaan proyek untuk menghabiskan anggaran saja.
Share:

No comments:

Post a Comment

Blogroll

Popular Post

Labels

Followers

Blog Stats

Label List


AD (728x90)

Label Cloud

Popular Posts

Labels Cloud

Recent Posts